Jakarta - Nina Karina Nikicio, desainer muda berbakat
yang terkenal dengan brand Nikicio ini memulai karir desainer karena
ketertarikannya pada dunia seni. Walau awalnya sempat ingin menjadi
pelukis, wanita yang akrab dengan sapaan Nina ini melanjutkan kuliahnya
di jurusan Fashion Design, Lasalle College of the Arts, Singapura. Ia
kemudian melanjutkan pendidikan Fashion Business di Lasalle
International College, Jakarta.
Soal background pendidikan Nina
sebagai desainer, sudah tidak perlu diragukan lagi. Namun bagaimana
kisahnya sampai ia bisa menjadi desainer lokal yang cukup ternama baik
di Indonesia maupun Asia seperti sekarang ini?
Brand yang
dinamakan dari nama belakanganya itu, mulai dibuat pada 2006 di
Singapura. Awalnya Nina tak sendiri, ia memulai bisnis fashion
pertamanya dengan tujuh orang teman, lima berasal dari Singapura, dan
dua lainnya dari Indonesia. Bermula dengan showroom kecil, wanita
kelahiran Jakarta ini mulai menjajakan karyanya. Setelah berjalan enam
sampai tujuh bulan, wanita kelahiran 29 April 1985 itu melihat bisnisnya
tersebut kurang berkembang.
"Penjualan tidak ada sama sekali.
Dan itu mungkin karena berat ya, karena waktu itu nggak ada brand lokal
Asia, Singapura juga sedikit sekali. Waktu itu kita di bombardir sama
brand-brand ready-to-wear kayak Zara, Topshop, Miss Selfridge, yang
lebih variatif dan harganya terjangkau," ujarnya saat berbincang dengan
wolipop di Goods Dept, Pacific Place, Jakarta Selatan, Rabu (26/9/2012).
Pada
2007, Nina memutuskan kembali ke Jakarta untuk mencoba peruntungannya
di negeri sendiri. Tanpa banyak modal, wanita yang hobi travelling itu
hanya menjual produk lewat website dan bekerjasama dengan teman-temannya
untuk jadi fotografer dan model produknya.
Usaha Nina untuk
memasarkan karya tak hanya sampai di situ. Ia rela door-to-door menemui
beberapa majalah fashion agar karyanya dipublikasikan dalam photo spread
majalah. Wanita yang menggemari karya Jil sanders ini juga mulai
memasarkan produknya di event fashion besar di Indonesia seperti
Brightspot. Dia juga menaruh produk-produknya itu ke butik multibrand
seperti Goods Dept.
Nina mengakui, pasar Indonesia khususnya
untuk fashion sudah sangat besar. Namun ambisinya membuat ia berani
melebarkan sayap ke dunia internasional. Beberapa negara seperti
Singapura, Kuala Lumpur, Hong Kong, Australia, Miami, dan Amsterdam
pernah dimasukinya. Sayang karena umur brand Nikicio yang masih muda dan
belum terlalu siap ekspansi ke luar negeri, penjualan tidak berjalan
baik, sehingga Nina menarik kembali produknya di beberapa negara.
"Kalau
menurut analisa aku sendiri sih kita belum ready. Karena kan orang
indonesianya sendiri aja, belum 100% ke produk Indonesia gitu," jelas
Nina yang dalam mendesain bisa terinspirasi dari banyak hal yang
ditemuinya sehari-hari, mulai dari film sampai musik favorit.
Meskipun
belum berhasil menjual karyanya di sejumlah negara, sampai saat ini
Nina masih memasarkan produk-produknya di Singapura dan Kuala Lumpur.
Dia menitipkan barang-barangnya itu di beberapa butik multibrand yang
ada di dua negara itu.
Walau namanya sudah dikenal di Indonesia,
Singapura dan Kuala Lumpur, Nina masih ingin mencoba peruntungannya lagi
di negara Asia lain seperti Hong Kong dan Jepang. Rencana paling dekat
saat ini adalah mencoba menjual produknya di Hong Kong karena profil
pasar di sana mirip dengan Singapura, hanya saja lebih besar.
"Terus
Jepang karena mereka open sama brand all over the world, ehmm Amerika
agak susah tuh, Paris juga karena mereka maunya brand-brand dari negeri
sendiri aja. Yah paling itulah deket-deket soalnya mereka lebih open
minded," ungkapnya.
0 komentar:
Posting Komentar